Dari sisi sejarah, perjuangan yang dilakukan oleh China sekarang untuk membangun suatu masyarakat yang harmonis, adalah sebuah gerakan lain untuk menyelamatkan diri dari kehancuran. Sepanjang periode akhir abad 19 hingga awal abad 20, China secara politis dipecah-belah oleh negara-negara Barat.
Dari akhir abad 20 hingga awal abad 21, China terpecah lagi. Perbedaannya adalah, sebelumnya, pembagian dilakukan dengan perjanjian, sedangkan sekarang ini, adalah dengan peraturan.
Dampak utama dari pemisahan ini adalah bahwa negara sedang diubah menjadi “sapi perahan” oleh Negara Barat. Ini merupakan sebuah kaleng susu besar di mana kesatuan kapitalisme yang memonopoli dunia, semua memiliki penghisap yang berusaha untuk menarik lebih banyak lagi kekayaan keluar.
Pengembangan industri, yang sepenuhnya akan menghabiskan sumber daya alam dan tidak meninggalkan apa pun untuk generasi berikut, serta penyaluran kekayaan dalam jumlah besar ke negara-negara maju di Barat. Semua ini memang meningkatkan standar hidup dan merangsang pertumbuhan ekonomi global, tetapi dilakukan dengan mengorbankan kesejahteraan China sendiri.
Tidak hanya kesejahteraan umum China sedang dikorbankan, tetapi yang lebih buruk lagi adalah sedang mencabut sumber daya bagi generasi berikut.
Dengan kata lain, kekayaan saat ini diciptakan melalui penghancuran sumber alam untuk masa depan. Ini adalah suatu kejahatan besar, dan yang lebih buruk lagi adalah generasi sekarang rakyat China bahkan tidak berhak menikmati pertukaran kekayaan sebagai imbalan atas perusakan sumber alam mereka – kekayaan ini sepenuhnya dinikmati oleh dunia Barat .
Baik China dan Jepang sudah 30 tahun melewati ekonomi yang penuh gelombang, rata-rata gaji di Jepang hampir menyamai Amerika Serikat, sedangkan di China hanya mencapai 3% dari rata-rata Amerika Serikat. 0.02% (menurut statistik yang terakhir) populasi yang menguasai 70% keseluruhan kekayaan negara, memindahkan uang mereka dan keluarga mereka keluar dari negeri itu.
Populasi China sekali lagi akan ditekan oleh “Tiga Pegunungan” selama pertumbuhan ekonomi yang cepat. Sebagai tambahan, kesatuan kapitalisme yang memonopoli dunia telah membuat berbagai persiapan untuk menyapu bersih seluruh sisa aset di China dengan memanipulasi pasar devisa dan bursa ketika waktunya tiba.
Ekonomi China Sekali Lagi Tengah Menghadapi Saat Yang Paling Berbahaya
I. Produk Domestik Bruto (PDB)
Sebagai apa yang disebut “tenaga penggerak ekonomi dunia,” China telah memberikan kontribusi yang mengejutkan untuk kemakmuran dunia dengan mengorbankan sumber daya alam, lingkungan, dan kesehatan masyarakatnya. Karena alasan itulah, China menjadi tuan rumah untuk tiga dari sembilan KTT Ekonomi Global yang telah diselenggarakan hingga saat ini.
Selama empat tahun berturut-turut, China dengan 4% PDB dunia telah menyumbang 15% pertumbuhan ekonomi dunia. Selama empat tahun tersebut, China menyumbang US$ 1.5 trilyun dari keseluruhan PDB dunia, yang kira-kira setara dengan 12 trilyun Yuan.
Dengan menghitung berdasarkan rata-rata gaji tahun lalu, angka terebut adalah senilai keseluruhan 6 tahun gaji semua pekerja di seluruh China. Besarnya kontribusi China pada perekonomian dunia direfleksikan paling baik dari penigkatan tajam harga sumber daya alam di seluruh dunia.
Oleh karena permintaan dan impor yang berlebihan dari China ,harga produk pertambangan naik rata-rata 70% per tahun, dan biaya transportasi air membumbung tinggi hingga mencapai rata-rata 170% per tahun. Pada waktu yang bersamaan, harga barang-barang impor ke dalam China juga mengalami kenaikan yang melambung, sedangkan barang- barang ekspor mengalami kemerosotan. Keseluruhan situasi ini menghasilkan satu gejala paling aneh dalam sejarah perekonomian dunia.
Kontribusi China di negara Asia bahkan lebih mengejutkan. 100% pertumbuhan ekspor Asia berasal dari China. China menarik ekonomi Asia keluar dari krisis di tahun 1998. Terutama yang harus dicatat adalah Jepang, sumber kekuatan finansial Asia, telah mempertahankan dua digit angka laju pertumbuhan ekspornya ke China sejak permulaan abad ini, dan ini menghasilkan peningkatan 70% dari total ekspor Jepang.
Bahkan Jepang telah mengakui bahwa kerjasama perdagangan dengan China telah mendukung perbaikan ekonomi Jepang yang didominasi oleh ekspor, ini adalah faktor utama yang menyumbang perbaikan ekonomi Jepang dari keterpurukan financial.
Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi China tentu setara dengan dampak yang diakibatkan. Pengrusakan besar-besaran sumber daya alam dan lingkungan China telah ditukar dengan kemakmuran ekonomi dunia, negara Asia lainnya, seperti Jepang.
Di China, 8% sungai, danau dan aliran sungai mengalami kekeringan. Dua pertiga padang rumput dan pepohonan telah berubah menjadi padang pasir, banyak hutan belantara yang telah hilang dan hampir 100% lahan telah mengeras. Menurut data statistik bea cukai Jepang, sepuluh tahun belakangan ini, dua juta pohon telah digunakan untuk membuat sumpit setiap tahun, untuk kepentingan ekspor ke Jepang rata-rata 224,3 juta pasang sumpit sekali pakai (disposable).
Ahli ilmu kehutanan Cina memperkirakan bahwa area penggundulan hutan untuk menghasilkan jumlah besar sumpit tersebut meliputi lebih dari 20% wilayah China.
Dengan lenyapnya sumber alam, lingkungan hidup untuk manusia tengah terancam. Sepertiga daratan Cina telah terimbas hujan asam. 2/5 sungai utama di China telah dikategorikan berada dalam polusi tingkat kelima.
Diperkirakan bahwa lebih dari 300 juta orang-orang di pedesaan tidak mendapatkan suplai air bersih layak minum dan lebih dari 400 juta orang-orang di perkotaan menghirup udara dengan tingkat polusi tinggi. Sebagai akibatnya, 15 juta orang-orang mengalami bronkitis dan kanker saluran pernapasan.
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, 16 dari 20 kota besar dengan tingkat polusi tertinggi di dunia adalah berlokasi di China. 2/3 dari 668 kota dikelilingi oleh sampah. Sisa buangan ini tidak hanya menempati tanah yang disediakan untuk pertanian tetapi juga mengancam mata pencarian mereka. Ketidakmampuan untuk memproses sampah mereka sendiri, juga menyebabkan China telah menjadi tempat pembuangan sampah bagi negara-negara berkembang di barat.
Salah satu dari tiga barang ekspor Amerika ke China dengan tingkat pertumbuhan paling cepat adalah sampah. Di bagian selatan China, tempat dimana mereka mengumpulkan sampah impor, beberapa binatang telah mati, genetika tumbuhan telah berubah dan kesehatan manusia semakin memburuk. Di beberapa daerah, dalam beberapa tahun ini, tak ada seorangpun yang memiliki kualifikasi untuk mendaftar di dalam ujian militer karena hasil pemeriksaan kesehatan yang tidak memenuhi syarat.
Sekalipun telah mempertimbangkan peningkatan di bidang ekonomi, kerugian yang diakibatkan masih sungguh mengejutkan. Di tahun 2003, kerugian ekonomi akibat polusi lingkungan dan pengrusakan ekologi mencapai 15% dari PDB, sedangkan China menyumbang kenaikan 15% keseluruhan perekonomian dunia.
Tidak hanya lingkungan alam di China yang terus memburuk, masyarakat secara keseluruhan juga memburuk. Dari tahun 1979 hingga 2003, perkara pidana mengalami peningkatan enam kali lipat dari 5.5 kasus per sepuluh ribu hingga 34.1 kasus. Terdapat peningkatan 7% setiap tahunnya dan perbedaan ini semakin mematahkan harapan dengan standar penanganan kasus yang memburuk. Tingkat kematian naik dari 4.4 per ratus ribu di tahun 1979 hingga 10.6 per ratus ribu di tahun 2003, peningkatan 3.5% setiap tahunnya.
Pada tahun 2003, departemen kesehatan melaporkan peningkatan penyebaran penyakit menular hingga 6,7% dengan tingkat kematian meningkat 37%. Masyarakat China sudah sampai tidak tahu lagi pintu atau jendela keamanan apa yang harus dipasang hingga lantai ke 7 dari apartemen. Dengan berkembangnya tingkat kejahatan, perusahan di seluruh negeri China tidak lagi mempekerjakan para pekerja wanita pada malam hari.
Lebih dari itu, makanan beracun telah tersebar di China; orang-orang sekarang ini sama sekali sudah tidak tahu lagi substansi apa yang mereka makan. Pubertas awal juga merupakan fenomena yang tersebar di sekolah kanak-kanak dan secara langsung mempengaruhi masa depan kesehatan dan tingkat harapan hidup.
Kira-kira 20 juta anak perempuan terpaksa menjadi pelacur dan pendapatan mereka menyumbang PDB nasional hingga 6%, setara dengan satu trilyun yuan (US$ 120 milyar). Rata-Rata tinggi orang China adalah 2.5 cm lebih pendek dibanding orang Jepang.
Menurut berita terkait, untuk setiap 100 juta yuan peningkatan PDB, satu orang pekerja meninggal dunia di China akibat kecelakaan kerja. Pada tahun 2003, ada 136 ribu kematian dilaporkan di China. Dengan demikian perhitungan menunjukan bahwa hampir 20 ribu kematian kecelakaan kerja terjadi tahun ini. Ini yang disebut sebagai PDB berlumuran darah.
Sesungguhnya, jumlah kematian ini seperti gunung es terapung. Peristiwa yang dilaporkan hanyalah dari perusahaan milik pemerintah atau kecelakaan besar yang banyak memakan korban. Korban di perusahaan swasta maupun perusahan asing biasanya tidak tercatat dalam departemen statistik. Padahal jenis bisnis inilah yang mempekerjakan lebih banyak orang dibandingkan perusahaan milik negara. Jika faktor ini diperhitungkan, banyaknya kematiannya setiap tahunnya dapat menyamai korban pembantaian Nanjing .
II. Perdagangan Luar Negeri
Kehebatan China sebagai “pemasok darah” kemakmuraan ke negara berkemabang di Barat telah meletakkan ekonomi China dalam status yang paling menyedihkan. Harga produk ekspor dari China sangat rendah hingga hampir seperti tak ada harganya. Terkecuali orang-orang kulit putih yang pada awalnya datang ke Afrika untuk menangkap orang-orang kulit hitam tanpa bayaran, tidak ada pernah koloni lainnya dalam sejarah yang melakukan perampasan hingga batas seperti ini.
Jika perdagangan luar negeri sebanding dengan harga pasar di negara berkembang, orang akan menemukan bahwa 95% lebih dari keuntungan perdagangan luar negeri telah dibawa oleh para pelaku bisnis asing. Tahun lalu, China mengekspor 17.7 milyar pakaian, dengan harga rata-rata per potong US$3.51; harga sepatu rata-rata kurang dari US$2.5 satu pasang.
Boneka Barbie yang populer di pasar Amerika dijual seharga US$10 per biji, tetapi pabriknya di Suzhou, China hanya mendapat US$0.35. Logitech mengirim 20 juta mouse komputer buatan China ke Amerika setiap tahunnya, yang akan dijual dengan harga sekitar US$40 per buah, tetapi China hanya mendapatkan US$3.00 per buah. Jumlah pemasukan mereka yang kecil tersebut harus dapat menutupi gaji pekerja, listrik , transportasi dan pengeluaran lainnya.
China menggunakan kurang dari 5% keuntungan ini untuk mengakumulasi cadangan devisa asing sebesar US$ 1 trilyun. China menyokong US$ 20 trilyun untuk modal monopoli internasional, yang setara dengan 160 trilyun yuan, hampir 80 kali total gaji tahunan nasional.
Pada perayaan tahun ke-5 keanggotaan China di WTO, CCTV (China Central Television) berulang kali menyiarkan bahwa China telah membantu keluarga Amerika menghemat seperlima biaya hidupnya dalam lima tahun keanggotaan China di WTO.
Laporan Morgan Stanley juga menunjukkan konsumen Amerika telah menghemat US$100 milyar dengan membeli produk murah dari China. Sebab membeli sumpit buatan China bahkan lebih murah dibanding mencuci sumpit, masyarakat Jepang membuang sumpitnya setelah sekali digunakan.
Karena sangat murah, Jepang, yang telah menghentikan membakar batubara dalam jangka waktu panjang, mengimpor batubara dari China di atas 20 juta ton setiap tahun untuk mengisi lautan, dan membuat tambang batu bara buatan untuk cadangan energi. Situasi dimana China membuat komoditas murah sekali pakai (disposable) ke negara barat telah mengejutkan beberapa orang-orang berhati baik di Barat. Meskipun sumber daya alam China sedang dibinasakan, mereka menyerukan perubahan dalam konsumsi barang sekali pakai dan menghimbau China untuk melindungi sumber daya alamnya.
Keuntungan utama dari perdagangan luar negeri diambil oleh pedagang asing. Sehingga, pelaku bisnis China mengeksploitasi para pekerja untuk mengurangi biaya. Setelah peristiwa Foxconn, Perusahaan Apple dari Amerika Serikat dan Britain’s Financial Times berturut-turut datang ke China untuk melakukan penyelidikan.
Laporan mereka menunjukkan Foxconn mempunyai 150.000 pekerja wanita, yang bekerja lebih dari 15 jam per hari dengan pendapatan kurang dari US$50 per bulan, jumlah yang setara dengan kurang dari dua jam kerja di Amerika Serikat. Bahkan dengan gaji rendah seperti itu, tidak diketahui apakah pekerja dapat menerima gaji mereka tepat waktu.
Gaji rendah seperti itu telah membuat para pekerja modern menjadi budak. Mayoritas para pekerja ini bekerja keras dalam suatu situasi seperti ini, seolah-olah bekerja tanpa imbalan, demi harapan akan mendapatkan status kependudukan kota suatu hari. Bagi mereka, bekerja gratis seperti ini tidaklah menakutkan.
Luka-luka dan cacat adalah yang paling menakutkan. Adalah mustahil bagi seorang atasan, yang lebih dari 95% keuntungannya telah diambil pergi oleh pengusaha asing, akan membayar biaya perlindungan kerja. Dengan demikian, menjadikan luka-luka dan cacat menjadi mimpi terburuk bagi para pekerja.
Menurut suatu penyelidikan sukarelawan oleh Zeng Feiyang, di Area Sungai Segitiga Mutiara, basis ekspor China, sedikitnya terdapat 30.000 kecelakaan yang menyebabkan jari patah, dan lebih dari 40.000 jari terpotong mesin per tahun. Kecelakaan ini terjadi di bagian pemotongan (punching), yang mana hanya sebagian kecil dari keseluruhan mesin yang ada. Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di bagian mesin yang lain masih belum diketahui.
Untuk memelihara stabilitas sosial, pemerintah lokal memutuskan untuk tidak mengumpulkan data statistik kecelakaan kerja lagi. Akan tetapi sebelum keputusan ini dibuat, survei terhadap delapan juta pekerja petani di kota Shenzhen mengungkapkan satu per lima dari mereka pernah mengalami kecelakaan kerja atau penyakit akibat pekerjaan mereka. Setiap pabrik di Shenzhen mengganti pekerja mereka setiap dua tahun.
Untuk mencegah tuntutan perkara oleh pekerja yang terluka dan cacat, yang dapat mempengaruhi kepentingan ekonomi dan stabilitas sosial, beberapa tempat di Area Sungai Segitiga Mutiara memperpanjang waktu penuntutan bagi para pekerja petani hingga tiga tahun lamanya. Hal ini memaksa para pekerja melepaskan hak mereka, karena mereka tidak mampu dan harus kembali ke daerah pinggiran untuk sisa hidup mereka. Sungai Mutiara penuh dengan darah dan air mata pekerja petani.
Berbicara mengenai harga mahal yang harus dibayar oleh pekerja petani, setiap orang tidak dapat membayangkan mengenai musibah tambang yang terjadi di China. Dari tahun 2001 hingga tahun 2005, rata-rata keseluruhan negeri, kecelakaan fatal tambang batu bara terjadi setiap minggu. Harga ekspor tahunan 80 juta ton baru bara adalah merupakan rata-rata kematian 6000 petambang setiap tahunnya. Ini menunjukkan 17 kematian per hari.
Data ini didapat dari statistik yang dikumpulkan oleh pemerintah. Angka sebenarnya jauh melampaui angka-angka tersebut.
Bahkan dengan angka ini , tingkat kematian buruh tambang batubara di China adalah 100 kali lipat dari Amerika Serikat, 10 kali dari Rusia dan India. Angka kematian buruh tambang di China adalah nomor satu di dunia dengan jumlah kematian melebihi jumlah keseluruhan kematian di negara lainnya.
Keuntungan mengagumkan untuk modal monopoli internasional dan kemakmuran mengejutkan bagi pemilik tambang China didapat dengan nyawa para pekerja tambang. Pada Expo Mobil Internasional Beijing tahun ini, seorang pemilik tambang, menyeka hidungnya, ingin membeli sebuah mobil Ferrari seharga beberapa juta dolar.
Ketika juru bicara peragaan memberitahukan bahwa mobil tersebut sangat mahal, ia berteriak dan mendengus sambil menunjuk gadis tersebut, “Beritahukan harga kamu, saya akan membeli kamu juga.” Pada akhirnya, beberapa pemilik pertambangan membeli lebih dari 80 Ferrari.
Penyelewengan kekayaan ini tidak dapat ditemukan bahkan diantara para tuan tanah dari masyarakat feodal, para kapitalis di masyarakat modern, atau penguasa jajahan.
Oleh seorang Profesor di sebuah Universitas di China, Forum Masa depan Negeri China 06 Mei 2007.
Terjemahan : http://www.erabaru.or.id/k_21_art_16.html
Sumber asli : http://en.epochtimes.com/news/7-5-6/54972.html
Menyedihkan tapi menggembirakan.Coba bayangkan apa yang terjadi jika populasi orang cina menguasai dunia ini dengan jumlahnya. Lihat , di negara kita sendiri orang-orang cina selalu identik dengan kekayaan,bos,pelit (walau tidak semua),memerah warga lokal untuk meningkatkan keuntunganya sendiri , itu yang terjadi di negara lain ,seperti indonesia ini.Jadi wajar jika hukum alam membuat china membayar apa yang telah ditanamnya. Jika terlalu banyak lalat di kurangi satu atau 10 wajarlah.
Tapi walau begitu tindakan orang asing /bangsa barat memang keterlaluan.Bukankan kita juga sudah jadi korbanya.Melalui hutang LN,perusahaan masuk lalu hengkang tanpa peduli pada pekerja lokalnya (ex: Nike.co).
So , kesimpulanya adalah di keadaan dunia sekarang ini adalah ibarat perang , ada yang menang ada yang kalah. Untuk menjadi penguasa mereka menggunakan segala akal
tidak korban ataupun pemangsa ,semua ingin bertahan hidup. K`lo merasa kasihan pada mereka kasihan dulu pada diri kita yang tidak berdaya ini . regret !!!!
Luar Biasa! itulah 1 kata untuk Cina, dengan penduduk terbesar didunia dan kekayaan yang berlimpah, Cina biza berbangga hati dengan teknologi dan kemajuan perekonomiannya saat ini,
Luar Biasa kasihan sekali China tp semua yang kita lakukan pasti ada resikonya, wajar semuanya terjadi, semoga kita masih bisa menjaga kekayaan alam yang luar biasa ini sama2!